Setiap peringatan Hari Guru memberi kita kesempatan untuk merenungkan kembali peran penting pendidik dalam membentuk masa depan bangsa. Dalam perjalanan pendidikan, guru sering kali dianggap sekadar penyampai materi: datang ke kelas, menjelaskan pelajaran, memberi tugas, lalu selesai. Padahal, tugas seorang guru jauh melampaui itu.

Guru adalah pendidik, pembimbing, pendengar, penguat, sekaligus teladan. Mereka bukan hanya mengajarkan konsep, tetapi menanamkan nilai. Mereka tidak hanya membantu siswa memahami pelajaran, tetapi juga menemani proses panjang dalam memahami kehidupan. Di ruang kelas, guru berperan sebagai pengarah pemikiran, penjaga rasa ingin tahu, dan penumbuh karakter. Karena itu, mengajar bukan sekadar mentransfer ilmu, tetapi membangun manusia. Prodi Pendidikan Matematika Universitas Alma Ata memahami betul peran besar ini; oleh sebab itu, nilai-nilai kepahlawanan, kepekaan sosial, dan tanggung jawab profesional selalu disisipkan dalam proses pendidikan calon guru.

Bagi seorang guru matematika, tantangan tersebut terasa sangat nyata. Matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang sulit, bahkan menakutkan. Namun guru matematika memahami bahwa angka bukan sekadar angka, melainkan cara berpikir. Mereka harus menemukan cara menjembatani konsep abstrak agar bisa dirasakan, dipahami, dan dihidupi oleh siswa. Ada momen ketika siswa mengatakan, “Saya tidak bisa,” dan pada saat itu guru matematika harus hadir sebagai motivator, bukan hanya penjelas rumus. Mereka belajar membaca ekspresi bingung, menyesuaikan penjelasan, memberi contoh yang dekat dengan kehidupan, hingga menunjukkan bagaimana konsep tersebut dapat diterapkan sesuai nilai-nilai yang dijunjung masyarakat.

Namun, menjadi guru di masa sekarang bukanlah hal yang mudah. Berbagai tantangan sosial dan budaya mewarnai dinamika dunia pendidikan. Dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat kasus-kasus di media mengenai menurunnya rasa hormat siswa kepada guru, atau orang tua yang tidak menerima ketika anaknya ditegur demi kebaikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa peran guru tidak hanya diuji dalam pembelajaran, tetapi juga dalam menjaga wibawa serta relasi sehat antara sekolah, siswa, dan keluarga. Prodi Pendidikan Matematika turut mengangkat isu-isu tersebut agar mahasiswa semakin aware terhadap tantangan nyata yang mungkin akan mereka hadapi, sekaligus mempersiapkan mereka untuk mengatasinya secara bijak.

Di tengah tantangan itu, guru juga harus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pembelajaran modern, sekaligus peluang dan tantangan besar. Guru dituntut terus belajar, memahami berbagai platform digital, dan mengintegrasikannya dalam proses belajar mengajar. Namun di sisi lain, mereka juga harus memastikan bahwa teknologi tidak menumbuhkan ketergantungan. Karena itu, Prodi Pendidikan Matematika memberikan berbagai diskusi dan latihan tentang strategi pembelajaran yang tepat agar di tengah gempuran teknologi, calon guru tetap mampu mengasah kemampuan siswanya secara optimal.

Pertanyaan besar pun muncul: bagaimana membuat siswa tetap aktif berpikir, menganalisis, dan memecahkan masalah ketika jawaban bisa ditemukan dalam hitungan detik melalui internet? Di sinilah kreativitas dan kecakapan guru diuji. Latihan-latihan harus dirancang bukan sekadar meminta hasil, tetapi menuntun proses berpikir. Evaluasi harus menekankan pemahaman, bukan menyalin jawaban. Guru perlu membimbing siswa menggunakan teknologi sebagai alat bantu, bukan sebagai jalan pintas. Bagi guru matematika, hal ini berarti merancang soal yang menuntut penalaran—bukan sekadar hasil akhir—soal yang memerlukan logika, strategi, dan refleksi, hal-hal yang tidak bisa diselesaikan oleh mesin dalam satu klik.

Refleksi Hari Guru ini menjadi pengingat bahwa tugas guru tidak pernah sederhana, tetapi selalu bermakna. Mereka bekerja di titik pertemuan antara ilmu, nilai, harapan, dan masa depan. Mereka membimbing di tengah perubahan teknologi, dinamika sosial, dan tantangan karakter. Dan meskipun beban itu berat, kecintaan guru pada dunia pendidikan membuat mereka tetap berjalan, tetap mendidik, tetap membangun.

Di balik setiap generasi hebat, selalu ada guru yang berdiri dengan hati. Hari ini, kita memberi penghormatan kepada semua guru—yang mengajar, membimbing, dan menginspirasi tanpa lelah. Selamat Hari Guru.

Penulis : Esthi